Menghadapi Duka dan Trauma Akibat Kecelakaan Pesawat
Kecelakaan pesawat yang pernah terjadi di Indonesia, selalu menyisakan banyak duka. Upaya evakuasi puing-puing pesawat yang membawa sejumlah penumpang
tersebut masih terus dilakukan oleh tim Badan SAR Nasional.
Peristiwa tersebut tentu bukan hal yang mudah
bagi keluarga atau kerabat korban untuk dihadapi. Lalu bagaimana cara melalui
duka dan trauma ini? Simak penjelasan selengkapnya, berdasarkan hasil wawancara dengan psikolog Ayoe Sutomo, M.Psi., dari Citra Ardhita Psychological
Service.
Luka yang sangat lumrah terjadi saat orang
terdekat menjadi korban kecelakaan pesawat
adalah potensi trauma dan depresi.
“Apalagi jika kita mengingat bahwa kecelakaan pesawat terbang merupakan musibah
yang terjadi secara tiba-tiba. Tentu tidak mudah bagi keluarga korban untuk
memprosesnya,” jelas Ayu.
Sebelum Kamu menyikapi luka psikologis
tersebut, sebaiknya pahami bahwa ada tahapan-tahapan tertentu dalam memproses
musibah yang terjadi.
1. Syok. Pada tahapan ini, tidak ada orang yang tidak merasa
kaget atau histeris saat menerima kabar buruk yang tidak terduga.
2. Menyangkal. Pada tahapan ini, manusia cenderung mempertanyakan
kenapa suatu musibah harus hadir dalam hidupnya.
3. Marah. Di tahapan ini, orang yang mengalami musibah berat
cenderung menunjukkan amarah yang ia rasakan terhadap sekitar, bahkan tak
sedikit yang bersikap histeris dan menyalahkan Tuhan.
4. Berkabung. Setiap orang melewati tahapan yang satu ini dengan
durasi yang berbeda-beda. Ada individu yang hanya membutuhkan waktu sebentar
untuk berkabung. Ada pula yang harus melaluinya dalam jangka waktu lama. Semuanya
tergantung dari dukungan yang diterima dari lingkungan sosial, juga kemampuan
untuk bangkit dari keterpurukan.
5. Proses penyembuhan diri. Luka yang Kamu rasakan memang tidak akan
hilang. Namun seiring berjalannya waktu, perasaanmu akan menjadi semakin
ikhlas. Khususnya jika Kamu menyibukkan diri dengan aktivitas positif, maka
rasa kehilangan pun suatu saat dapat teralihkan.
Agar Duka Tidak Menjadi
Aerofobia
Kecelakaan pesawat terbang tidak hanya
menyisakan luka yang besar. Tak jarang bagi keluarga yang ditinggalkan, musibah
ini akan menimbulkan dampak psikologis. Dampak tersebut bisa berupa gangguan
disosiatif, kecemasan, depresi, trauma, hingga fobia terhadap pesawat terbang.
“Saat ada keluarga yang mengalami kecelakaan
pesawat, tentu wajar bila kejadian ini menyisakan ketakutan untuk bepergian
menggunakan pesawat terbang (aerofobia). Akan tetapi, upayakanlah agar
ketakutan ini tidak berkembang menjadi gangguan kecemasan yang berlebihan,”
ujar Ayu. Latih hati untuk pelan-pelan berdamai dengan kenyataan.
Cobalah terapkan tips berikut untuk mengatasi
fobia terhadap pesawat terbang:
1.
Kenali
sumber ketakutanmu
Menaklukkan rasa takut terbang akibat trauma
membutuhkan proses yang tidak mudah. Untuk sampai pada target tersebut, Kamu
harus memiliki kemauan yang kuat. Sedikit demi sedikit, singkirkan memori
tentang kecelakaan yang menjadi alasan fobia. Perbanyak aktivitas meditasi dan
berdoa untuk berdamai dengan kejadian ini. Rasa takut terhadap terbang dengan
pesawat pun lambat laun akan berkurang.
2.
Banyak
membaca informasi tentang sistem navigasi pesawat
Gantilah semua pikiran negatif dengan wawasan
yang luas tentang penerbangan. Sebagai contoh, faktanya jika dibandingkan
dengan mobil atau kereta api, pesawat terbang merupakan alat transportasi
dengan prevalensi risiko kecelakaan terkecil. Membekali diri dengan pengetahuan
tentang sistem navigasi pesawat serta cara untuk melindungi diri jika terjadi
kecelakaan diharapkan membantu mengusir fobia.
Setiap orang membutuhkan waktu untuk pulih saat musibah melanda. Meski sulit, kita harus tetap tegar menerimanya. Semoga semua korban dapat segera ditemukan dan seluruh orang-orang terdekat dari korban diberikan kekuatan serta ketabahan.
https://www.guesehat.com/menghadapi-duka-dan-trauma-akibat-kecelakaan-pesawat-lion-air
0 Comments