Hanya Terjadi Di Inggris, Ada Menteri Khusus untuk Mengatasi Masalah Kesepian!
Jangan
menganggap remeh masalah kesepian ya, Gengs! Pemerintah Inggris baru
saja menyatakan keprihatinan yang luar biasa terhadap masalah kesepian dan
depresi. Dilansir dari nytimes.com, hasil riset menemukan
bahwa lebih dari 9 juta orang di Inggris mengalami masalah kesepian yang akut.
Laporan tahun 2017 tersebut diterbitkan oleh
Jo Cox Commission of Loneliness. Saking parahnya masalah ini, pemerintah
Inggris pun sepakat untuk membentuk Menteri Penanggulangan Masalah
Kesepian. "Begitu banyak orang yang harus menghadapi kesepian sebagai
bagian dari realita kehidupan modern yang menyedihkan. Saya ingin
menindaklanjuti masalah kesepian yang dihadapi oleh masyarakat, orang tua, dan
semua orang yang telah kehilangan sosok yang mereka cintai," tegas Perdana
Menteri Inggris, Theresa May, saat mengumumkan rencana pembentukan kementerian
baru ini, pada 17 Januari 2018 lalu.
Meskipun
terdengar begitu aneh hingga lucu, tetapi setidaknya inilah gambaran
gentingnya penanggulangan masalah kesepian di Inggris. Publik pun memberikan
beragam reaksi. Ada yang menganggap nama kementerian ini, yaitu The Ministry of
Loneliness, terlalu mengingatkan pada nama salah satu karakter tokoh dalam film The Lord
of The Rings.
Wah, memang departemen kementerian yang sangat
unik, ya. Lalu Geng Sehat bisa menebak enggak, kira-kira kenapa ya permasalahan
kesepian bisa disikapi begitu heboh di negara asal pesebak bola David Beckham
ini?
Hmm… Ternyata, memang ada lho, negara-negara
selain Inggris yang mengalami kasus kesepian akut. Ini dapat berpengaruh pada
masalah kesehatan warganya. Telusuri penjelasannya lebih lanjut yuk biar enggak
penasaran!
Inggris
Darurat Kesepian
Dilansir
dari forbes.com, faktanya setiap orang terkadang begitu rentan
untuk merasa kesepian. Menjalani kesendirian telah menjadi bagian dari
eksistensi manusia. Data statistik yang menunjukkan bahwa tingkat kesepian pada
era modern ini semakin menunjukkan peningkatan. Mark Robinson, kepala staf AGE,
sebuah badan amal terbesar di Inggris yang bergerak di bidang kesejahteraan
orang tua, memeringatkan bahwa masalah kesepian bisa ‘membunuh’ siapa saja.
"Kesepian bisa berdampak fatal bagi
kesehatan, jauh lebih buruk daripada efek samping dari kebiasaan menghabiskan
15 batang rokok sehari. Kesepian sering kali lebih sulit diatasi, apalagi jika
dialami oleh kalangan manula," katanya.
Dalam
sebuah artikel untuk Harvard Bussiness Review, seorang mantan ahli
bedah umum Amerika Serikat, dr. Vivek Murthy, menulis salah satu alasan utama
mengapa kesepian sangat perlu untuk segera ditangani ada kaitannya dengan
risiko penyakit kardiovaskular, demensia, depresi, dan kegelisahan yang
berlebihan.
Saking sudah demikian mengkhawatirkannya,
pemerintah, Pusat Data Statistik Nasional, dan badan amal di Inggris tergerak
untuk mengembangkan metode yang tepat untuk mengukur tingkat kesepian setiap orang.
Strategi ini diharapkan dapat mengidentifikasi peluang untuk mengatasi
permasalahan nasional tersebut.
Baik tua maupun muda, semuanya tidak
dibedakan. Sepanjang tahun 2017 pemerintah telah menyimak banyaknya kasus
kesepian yang berujung pada masalah kesehatan. Kasus-kasus ini dialami oleh
orang tua, anak-anak, orang-orang cacat, perawat, pengungsi, dan para
orang tua baru. Penelitian dari pemerintah ini menemukan bahwa tuntutan
modernitas telah mengakibatkan sekitar 200.000 orang lanjut usia di Inggris
tidak pernah bercakap-cakap dengan teman atau kerabatnya selama berbulan-bulan.
Carol Jenkins, 64 tahun, seorang pensiunan
perawat dari Berkshire, Inggris Barat Daya, adalah salah satu contoh warga
Inggris yang merasakan dampak kesepian. Menurutnya, masalah kesepian ini mulai
sering ia temui saat anak laki-lakinya pindah ke luar negeri.
Kondisi tersebut membuat Carol terpaksa pindah
ke rumah yang lebih kecil di daerah pedesaan. Kepindahan ini ternyata
membuatnya sulit untuk mencari teman baru. "Bulan berlalu tanpa melihat
keluarga apalagi teman baru, dan saya merasa benar-benar depresi dan
kesepian," ungkap Jenkins.
Jenkins sampai bergabung dengan grup Facebook
untuk warga Inggris yang terkena dampak kesepian, untuk membantunya
berinteraksi dengan lebih banyak orang."Ada begitu banyak mahasiswa yang
mengunci diri di kamar asrama selama berhari-hari karena mereka merasa ditolak
atau mereka tidak cocok menjalin pertemanan baru. Inilah masalah yang sering
mengubah rasa kesepian menjadi depresi yang berbahaya,” imbuhnya.
Kasus
Kesepian di Negara Lain
Amerika
Orang-orang
di Inggris tidak sendirian dalam masalah kesepian. Dilansir dari forbes.com,
masih mengutip tulisannya yang dimuat di Harvard Business Review,
dr. Viviek Murthy, menjelaskan, "Kesepian adalah epidemi kesehatan yang
berkembang. Kita hidup di era yang paling berhubungan dengan teknologi dalam
sejarah peradaban. Saat ini, lebih dari 40% orang dewasa di Amerika melaporkan
merasa kesepian. Penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengeluhkan
masalah kesepian meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980-an."
Pakar kesehatan di Amerika terus memberi
perhatian lebih untuk masalah kesepian. Kesepian terbukti memiliki
sejumlah konsekuensi yang negatif bagi kesehatan. Misalnya akibat merasa
terisolasi, orang yang mengalami kesepian akut berisiko mengalami gangguan
tidur, penyalahgunaan zat terlarang, depresi, dan bunuh diri.
Merasa
kesepian dapat meningkatkan hormon stres dan tekanan darah, sehingga bisa
mengurangi kemampuan seseorang untuk mengatasi berbagai hambatan dan tantangan.
Bisa dibayangkan ya, bila kemampuan mengatasi rintangan saja sudah dianggap
tidak menarik lagi oleh penderita depresi, apalagi motivasi untuk mempertahankan
gaya hidup sehat, seperti pola makan yang baik dan berolahraga dengan teratur?
Inilah alasan mengapa begitu penting untuk berkonsultasi pada psikiater dan
memberikan dukungan sosial pada orang dengan depresi akut.
Jepang
dan Korea
Negara
di Asia yang akhir-akhir ini juga semakin rentan menghadapi masalah kesepian
adalah Jepang dan Korea Selatan. Masih segar di ingatan kita semua,
banyaknya selebriti muda Korea
Selatan yang mengakhiri hidup akibat dampak
penyakit depresi yang berkelanjutan.
Rupanya,
masalah kesepian tidak hanya berimbas pada anak muda, melainkan juga manula.
Dilansir dari sciencedirect.com, hasil penelitian menunjukkan,
masalah depresi yang menimpa kalangan paruh baya di Korea Selatan berdampak
besar pada peningkatan risiko penyakit demensia dan kasus bunuh diri. Bagaimana
hal itu bisa terjadi?
Dalam
proses penuaan, orang tua mengalami penurunkan fungsi fisik. Sayangnya pada
beberapa kasus, orang tua juga mengalami ketidakstabilan kondisi sosial yang
mengusik kesehatan emosional
mereka, sehingga mencetus terjadinya masalah depresi pada orangtua.
Selain itu, ada juga faktor lain yang memicu
peningkatan depresi di kalangan manula. Kearifan budaya tradisional di Korea
dan Jepang pada umumnya mengajarkan putra atau putri tertua di setiap keluarga
untuk merawat orang tua mereka saat usia senja. Namun, tuntutan modernisasi
membuat nilai luhur ini lambat-laun tidak dipraktikkan lagi.
Proritas untuk mengurus keluarga inti, menjadi
norma baru yang bergeser dengan cepat di masyarakat Korea dan Jepang. Alhasil,
orang tua pun tidak mau lagi menjadi beban anak-anak saat mereka tumbuh dewasa
dan berkeluarga.
Jumlah lansia Korea yang memilih untuk masuk
panti jompo pun meningkat. Ada pula yang memilih untuk hidup sendiri. Beberapa
penelitian menemukan kecenderungan munculnya depresi di antara klien panti
jompo. Pilihan untuk menjalani rutinitas sehari-hari dengan sesama orang-orang
berusia lanjut, ternyata justru meningkatkan kesepian akibat rasa kecewa
dan kondisi mereka yang jauh dari keluarga.
Orang-orang yang merasa kesepian hingga
berujung pada depresi akut, memang harus dirangkul. Dalam ilmu psikologi,
kesepian dan depresi akut dikenal sebagai penyakit jiwa. Jadi, penanganannya
pun harus spesifik dan serba hati-hati. Kita tidak boleh menghakimi dan
merendahkan permasalahan yang dihadapi oleh penderita penyakit ini,
apalagi sampai membuatnya merasa tersudut dan ingin mengakhiri depresi yang ia
miliki.
Bahaya jerat yang ditawarkan oleh kesepian dan
depresi sama seperti bahaya penyakit kanker. Layaknya kanker, jika sudah
berkembang jauh sampai stadium akhir, maka tidak ada dokter yang bisa melakukan
upaya apapun lagi, kan? Begitu pula dengan penyakit kesepian dan depresi.
Rangkul dan rawat dengan baik ya, jika ada kenalan atau kerabatmu yang
terdiagnosis penyakit ini. Salah penanganan, justru bisa memicunya untuk
mengakhiri semua rasa sakit yang sudah lama menggerogoti jiwanya. (TA/AS)
- Temmy Arthapuri –
Artikel ini juga dimuat di GUESehat.com
0 Comments