5 Kebiasaan Orang Indonesia yang Memicu Hipertensi
dok.pribadi |
Geng Sehat, salah besar lho, kalau
Kamu selama ini menganggap bahwa hanya masyarakat kota saja yang berisiko
menderita hipertensi. Faktanya, tidak sedikit orang yang tinggal di wilayah
rural atau pedesaan yang mengidap hipertensi, Di Indonesia, 1 dari 4 orang
berisiko terkena hipertensi. Ini adalah hasil survei yang dilakukan oleh
Indonesian Society of Hipertension (InasH) pada 72.006 partisipan yang tersebar
di seluruh Indonesia. Hasilnya, ada sekitar 28.602 orang yang hipertensi.
Jumlah ini tentu cukup fantastis, apalagi jika kita mengingat bahwa hipertensi
merupakan faktor risiko berbagai penyakit lain mulai dari gagal ginjal,
penyakit kardiovaskular, stroke, dan kebutaan.
“Bila hipertensi dapat dicegah sejak
usia 30-an, maka ini bisa meningkatkan kualitas hidup setiap orang hingga usia
lanjut. Agar target ini tercapai, konsumsi obat saja tidak cukup. Penderita
hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Sayangnya, masih banyak gaya
hidup orang Indonesia yang justru rentan memicu hipertensi,” ujar dr. Bambang
Widyantoro, Sp.JP, PhD dalam konferensi pers " Tingkatkan Kesadaran Akan
Hipertensi melalui Pengukuran Tekanan Darah secara Rutin di Rumah" yang
diadakan oleh Omron Healthcare Indonesia, Selasa (07/08) lalu.
Lalu, kebiasaan tidak sehat apa saja
yang memicu hipertensi dan menjadi kebiasaan orang Indonesia?
1. Orang Indonesia
Mengonsumsi Makanan Tinggi Garam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Universitas Padjajaran di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa
Barat, serta studi dari Universitas Indonesia di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor, diketahui bahwa pola makan yang biasa dilakukan oleh masyarakat sangat
kaya garam dan tinggi kandungan MSG. Pada masyarakat pedesaan, mereka banyak
yang terkena hipertensi akibat kebiasaan sering mengonsumsi makanan asin seperti
ikan asin. Kebiasaan ini diperparah kurang aktivitas olahraga. Inilah penyebab
utama mengapa banyak orang Indonesia yang tidak menyadari bahwa ia mengidap
hipertensi.
Sebenarnya, untuk terhindar dari
hipertensi, Kamu tidak perlu menghindari garam sama sekali. Bagaimanapun, garam
dibutuhkan oleh tubuh selama jumlahnya tidak berlebihan. Upayakan Kamu
mengonsumsi tidak lebih dari 5-10 gram (sekitar 1-2 sendok teh) garam dalam
sehari, dan hindari MSG.
2. Orang Indonesia Banyak Mengonsumsi
Makanan Berlemak
Faktanya, makanan berlemak dapat
meningkatkan risiko penyumbatan kolesterol di pembuluh darah serta komplikasi
hipertensi. Sebagai contoh, bila penyumbatan ini terjadi di jantung, maka dapat
mencetus penyakit jantung koroner. Begitu pula jika penyumbatan ini terjadi di
aliran darah yang menuju ke otak, maka lambat laun aliran udara ke otak akan
berkurang sehingga dapat menimbulkan stroke. Karena itu, penting bagi orang
Indonesia untuk memangkas asupan lemak jahat serta memperbanyak konsumsi serat
dari buah-buahan dan sayuran.
3. Kebiasaan Merokok
Menurut data tahun 2018 yang berhasil
dikumpulkan oleh Perhimpunan Hipertensi Indonesia, obesitas dan rokok menjadi
penyebab utama di balik tingginya angka penderita hipertensi pada kelompok usia
18-22 tahun. Dari total 6.000 responden, sebagian besar mengaku sudah merokok
sejak SMP. Padahal, semua racun yang terkandung dalam rokok, dapat membuat
pembuluh darah mengeras dan meningkatkan tekanan darah.
“Jadi, sangat keliru jika ada
anggapan bahwa masa muda merupakan masa yang aman untuk makan sembarangan dan
merokok. Anak muda, justru harus menjaga asupan makan yang sehat, rajin
berolahraga, dan berhenti merokok, agar terhindar dari masalah hipertensi di
usia lanjut,” papar dr. Bambang.
4. Jarang Mengukur Tekanan Darah
Tidak sedikit dari masyarakat
Indonesia yang bahkan belum pernah mengukur tekanan darah seumur hidupnya. Pola
ini harus diubah. Biasakan untuk mengukur tekanan darah, minimal sebulan
sekali. Bagi penderita hipertensi, dokter menyarankan memiliki alat pengukur
tekanan darah, agar lebih mudah mengecek tekanan darah di rumah secara manual.
Mengukur tekanan darah dapat
dilakukan sebelum dan setelah bangun tidur. Kenapa hal ini penting? Pasalnya,
saat berada di rumah, pasien cenderung lebih tenang dan rileks, sehingga hasil
pengukuran tekanan darah yang diperoleh pun biasanya lebih rendah dan lebih
nyata. Dengan begitu, Kamu pun berpeluang lebih besar untuk memantau kondisi
kesehatan, menerapkan
gaya hidup sehat, serta
mengelola stres dengan baik untuk menjaga tekanan darah tetap stabil dari waktu
ke waktu.
5. Jarang Berolahraga
Kesibukan membuat kita jarang
berolahraga. Kalaupun bisa berolahraga, paling hanya di akhir pekan saja dengan
intensitas tinggi. Cara berolahraga seperti ini sangat tidak dianjurkan karena
justru dapat memicu serangan jantung dan stroke. Dokter spesialis hipertensi
menganjurkan olahraga dilakukan rutin setiap hari, cukup 30 menit saja. Pilihan
olahraganya pun ringan seperti berlari di pagi hari, bersepeda, latihan cardio,
dan sebagainya. "Ada banyak keuntungan dari orang yang rajin berolahraga,
antara lain laju detak jantungnya lebih stabil, sehingga tekanan darahnya pun
cenderung lebih rendah daripada yang jarang berolahraga," pungkas dr.
Bambang.
Sebagai perbandingan, menurut
penelitian yang dilakukan oleh NPO Hypertension Improvement Forum, di negara
Jepang yang masyarakatnya menerapkan pola hidup sehat saja, tercatat sekitar 43
juta orang didiagnosis hipertensi. Diduga, penyebabnya adalah budaya kerja
keras di Jepang yang rentan meningkatkan level stres bagi masayarakatnya.
Berkaca dari Jepang, bila negara yang masyarakatnya terbiasa menerapkan gaya
hidup sehat saja masih bisa bermasalah dengan hipertensi, maka sudah saatnya
bagi masyarakat Indonesia untuk lebih meningkatkan kesadaran diri.
*Artikel ini ditulis oleh Temmy
Arthapuri dan telah dimuat di guesehat.com.
https://www.guesehat.com/5-kebiasaan-orang-indonesia-yang-memicu-hipertensi
0 Comments